25 June 2005

Hidup adil?

Kadang aku merasa hidup ini tak adil. Orang baik-baik hidupnya segsara, setiap hari yang kesedihan slalu yang dirasakan.
Sementara itu, orang yang prestasinya buruk dalam hidupnya, mereka malah hidup beruntung.
Mungkin ini yang bisa aku tuliskan. Tidak lengkap memang, tapi aku rasa cukup sudah mewakili perasaanku saat ini.
Semoga Allah membimbingku slalu

21 June 2005

Delapan hari yang lalu...

Delapan hari yang lalu aku. Saat itu kau akan berangkat ke kampus. Aku? Waktu itu aku belum dapat mengikuti ujian. Aku belum bayar SPP. Satu.....dua......tiga.....wah suntuk aku. Banyak yang harus aku selesaikan dalam waktu beberapa hari ini. Dan kau menambah satu lagi beban yang tidak ringan untukku. Kemudian kau menghilang begitu saja.
Hua ha..... ha..... ha.......
Seandainya... seandainya....

20 June 2005

Ujianku besok, kini dan seterusnya....., Ujian hidupku

Besok jadwalnya aku ujian Pendidikan Pancasila (PP), harusnya.

Tapi apes bagi aku. Saat pertemuan terakhir mata kuliah ada yang mendzolimi aku. Saat itu aku memang tidak masuk kuliah. Tiba-tiba saja ada yang lancang mengisi tanda tangan di kolom daftar hadirku. Di akhir pertemuan, sang dosen pengampu, Bu Linda namanya, memanggil satu-persatu mahasiswa berdasarkan daftar hadir yang ada. Dan tertuduhlah aku, bahwa aku TA alias Titip Absen. Aku tidak bisa mengikuti ujian karenanya.

Aku ketahui hal tersebut di atas setelah Mbak Aprilia, kakak angkatanku (yang sam-sama menempuh mata kuliah ini) memberi tau aku. Bahwa aku tidak bisa mengikuti ujian PP karena hal tersebut. Semula aku tak percaya. Habis bagaimana. Wong kenyataannya aku tidak TA. Hingga pada hari-hari berikutnya aku diyakinkan oleh Mbak Aprilia dan teman-temannya bahwa aku memang tak bisa ikut ujian akhir karena TA tersebut. Dan dia menyuruhku untuk menghadap Bu Linda.

Wah perhatian banget nih Mbak Aprilia, pikirku. Ndak aku cuma bercanda. Tapi terima kasih Mbak April telah memberitahu aku dan menyuruh aku bertindak sebagaimana mestinya, menghadap Bu Linda.

Hari-hari berikutnya, aku sibuk untuk mencari alamatnya Bu Linda. Alamat kantornya, rumahnya, nomor teleponnya, nomor HP-nya semua kucari. Dengan berbekal informasi dari sumber sana sini, akhirnya aku tau nomor HP-nya Bu Linda. Besoknya aku ke kantor beliau.

Sudah agak siang aku ke sana. Aku kuatir beliau sudah pulang, karena hari itu adalah hari Jum'ah. Jam kantor kan tidak panjang. Tapi untung beliau belum pulang. Di sana banyak dosen pula, sama-sama pengampu MK MKU. Diantaranya Pak Tito Kusumo. Dosen pengampu ISBD yang aku tempuh semester lalu.

Segera menghadap Bu Linda. Di ruang sebelahnya kami bicara. Semula aku optimis bahwa aku mendapat jalan keluar dengan permasalahan ini. Aku optimis karena aku membawa kebenaran. Tapi ternyata tidak. Aku katakan bahwa aku berhak ikut ujian. Tapi beliau bilang bahwa aku dapat mengikuti ujian tapi dengan nilai didiskon, hingga nilainya tinggal E atau maksimal D. Oh tidak. Sungguh aku tak rela dengan ini semua.

Di sana aku terus bicara. Demikian juga bu Linda. Kami berdebat tentang ini. Aku katakan bahwa aku tidak salah. Entah disengaja atau tidak, aku telah difitnah dalam hal ini.

Sampai akhir perdebatan aku berada di pihak yang kalah. Artinya aku tidak dapat ikut ujian, atau kalaupun dapat maka nilaiku didiskon. Wah seperti barang yang dijual aja ya, pake' ada diskonnya segala.

Alasan Bu Linda sederhana saja. Aku memang berhak untuk mendapat diskon nilai, kata beliau. Karena terbukti bahwa di dalam daftar hadir ada tanda tangannya, sementara aku sendiri tidak ada di waktu itu. Ada beberapa hal tentang tentang pijakan yang dipakai Bu Linda yang ingin aku koreksi dan ku abadikan di sini. Dibuku Harian ini, tempat aku curhat dan mengadu.

Pertama, Bu Linda mengatakan bahwa terlepas apakah aku TA atau tidak, aku tetap tidak berhak mengikuti ujian (atau dapat diskon nilai), karena dengan terisinya tanda tangan di kolom daftar hadirku, maka aku akan diuntungkan.

Jawaban: Jika alasan Bu Linda demikian maka sangatlah tidak masuk akal sekali. Sebenarnya sudah ada peraturan, bahwa dalam hal ketidakhadiran, mahasiswa yang tidak hadir lebih dari 25% dari seluruh pertemuanlah yang tidak dapat mengikuti ujian. Ini berarti jika jumlah pertemuan yang diadakan 16 kali, maka mahasiswa tersebut akan baru tidak dapat ikut ujian jika dia sudah tidak masuk lebih dari 4 kali. Demikian seterusnya, aku pikir Bu Linda bisalah menghitungnya sendiri. Sedangkan aku waktu itu baru tidak masuk 3 kali. Ini berarti masih di bawah ambang batas. Jika Bu Linda katakan bahwa dengan terisinya tanda tangan di kolom daftar hadirku sehingga aku diuntungkan, maka aku katakan bahwa Bu Linda telah salah besar. Ada atau tidak tanda tangan itu tidak ada keuntungan yang aku dapat. Bahkan seandainya kolom tanda tangan itu kosong tidak akan ada kerugian yang harus aku derita, kacuali hanya tidak mendapatkannya materi kuliah pada hari itu saja.

Asal Ibu tau, bahwa ketidakhadiranku pada hari itu memang sudah aku sengaja. Karena waktu itu memang lagi ada perlu. Oleh karena itu, tentu sudah aku perhitungkan untung ruginya. Sehingga tidak masuk akal jika Ibu katakan bahwa tanda tangan itu akan menguntungkanku, seandainya saja tidak Ibu ketahui.

Kedua, Bu Linda mengatakan bahwa terlepas apakah aku TA atau tidak, aku tetap tidak berhak mengikuti ujian (atau dapat diskon nilai), karena dengan terisinya tanda tangan di kolom daftar hadirku. Karena dengan hal tersebut sudah terindikasi bahwa terdapat komplotan antara aku dengan yang membubuhi tanda tangan atas namaku tersebut. Jika hal yang sebenarnya tidak ada komplotan, maka itu adalah urusanku dengan teman tersebut.

Jawaban: Di sini yang paling aku tekankan adalah persepsi Ibu bahwa ini adalah urusanku dengan anak yang membubuhi tanda tangan tersebut. Maaf Bu, Ibu sendiri yang mengatakan, bahwa MK yang Ibu pegang adalah MK pendidikan. Artinya, di situ tidak hanya ada proses transfer ilmu antara dosen dan mahasiswa, dan tidak semata-mata urusan akademik alias urusan nilai berbentuk A, B, C, D, atau E. Di sini terdapat misi untuk mengubah sikap, kepribadian dan perilaku sang peserta didik. Termasuk aku dan mahasiswa-masiswa lain, tak terkecuali mahasiswa yang membubuhi tanda tangan di kolom daftar hadirku.

Jika sudah demikian, layakkah jika yang melakukan pelanggaran, yang berkepribadian macam itu tidak mendapat imbalan apa-apa, bahkan mungkin akan mendapat nilai A jika ternyata jawaban ujiannya sesuai dengan pikiran dosen? Ah akhirnya juga masalah akademik semata, bukan sikap, kepribadian, perilaku atau yang lainnya. Jika sudah demikian pantaskah Ibu mengatakan bahwa MK yang Ibu pegang adalah MK yang menyangkut kepribadian? Ah, mungkin Ibu telah berbohong (maaf, ini keluar dari lubuk hatiku yang paling dalam).

Yang lebih ironis lagi adalah persepsi Ibu bahwa ini adalah urusanku dengan "teman" yang membubuhi tanda tangan tersebut (padahal aku tidak tau siapa dia). Aku katakan di sini, bahwa itu, bukan permasalahan/urusanku dengan "teman" tersebut. Justru itu adalah urusan Ibu sendiri, dan memang Ibulah yang lebih berhak memiliki urusan tersebut, dan menyelesaikannya. Ibulah yang lebih bertanggung jawab akan sikap, kepribadian, perilaku dan tindak tanduk dia sebagai peserta didik. Jika demikian, ijinkan aku mengatakannya lagi, pantaskah Ibu mengatakan bahwa MK yang Ibu pegang adalah MK pendidikan? Kok orientasinya hanya nilai belaka, diskusi, tugas makalah, UTS dan UAS belaka. Ah bohong (maaf, ini juga keluar dari lubuk hatiku yang paling dalam).

Mungkin harus aku tinjau lagi. Ya, aku tindaju lagi, tentang perjanjian kita. Bahwa perjanjian kita memang seperti itu. Akan mendapat sanksi jika ketahuan TA. Ibu katakan bahwa tanda tangan yang ada di kolom daftar hadirku adalah suatu indikasi bahwa aku telah TA. Masalahnya aku bukan TA, dan jika kukatakan itu, Ibu katakan bahwa itu adalah urusan/masalahku dengan "teman" yang membubuhi tanda tangan. Laku jika sudah begini di manakah keadilan itu? Di manakah misi MK Pancasila sebagai MK kepribadian? Jika dosen pengampu dapat membuktikan bahwa (seolah-olah) telah terjadi praktek TA, kenapa tidak dapat membuktinkan TA tersebut adalah asli atau palsu? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak harus dijawab dengan kata-kata, tapi mesti direnungkan agar merasuk di dalam dada, meresap ke dalam lubuk hati yang paling dalam; dan yang lebih penting lagi adalah diamalkan agar akan membawa dampak positip bagi kehidupan.

Siapapun yang membaca catatan ini, mungkin akan mengira bahwa aku juga memikirkan masalah akademik, terlihat dengan kuatirnya aku dengan nilai MK Pancasilaku yang E atau D. Tentu saja, menurutku itu juga salah satu bentuk dan manifestasi dari kepribadian itu sendiri. Sebagai anak yang kuliah dengan biaya ditopang oleh orang lain, tentu saja aku merasa bertanggung jawab terhadap mereka, yang menanggung biaya kuliah ini. Kepada orang tuaku, Bu Arie, dan teman-temanku yang menemaniku dan menyemangatiku sehari-hari....

Akhirnya, mungkin aku akhiri sekian. Mohon maaf kepada siapapun Anda, yang membaca tulisan ini. Yang mungkin akan tersinggung, mangkel, jengkel dan rasa-rasa tidak enak lainnya. Bukan maksudku aku untuk menyinggung perasaan kalian. Ini adalah tulisan yang aku peruntukkan kepada diriku sendiri. Sudah menjadi kebiasaanku untuk menulis dan mengungkapkan masalah di Buku Harian. Agar aku mudah mengingatnya, dan mengambil ibroh dari permasalahan tersebut.

Walaupun aku memakai kalimat-kalimat percakapan tak langsung, sebenarnya itu aku lakukan agar aku mudah mengungkapkannya. Walau begitu aku berharap semoga banyak yang membaca tulisan ini, agar dapat dipetik pelajaran darinya, dan bermanfaat bagi kehidupan di masa mendatang.

Catatan:

MK = Mata Kuliah; TA = Titip Absen; UTS= Ujian Tengah Semester; UAS= Ujian Akhir Semester; PP= Pendidikan Pancasila

19 June 2005

Aku bingun

Aku bingung.

Hari ini...................

Hanya sekedar testing saja. Itulah keinginanku menulis isi pertama blogg ini. Mumpung di depan komputer dan lagi akses internet. Manfaatkan sebaik-baiknya. Tahu ndak? ini adalah bloggku yang kedua yang pernah aku buat. Dulu aku pernah membuat blog di tempat lain. Tapi betapa kecewanya aku, ternyata halamannya penuh dengan iklan. Ingin aku membuat lagi seperti yang dilakukan teman-teman, tapi apa daya aku memang agak males. Baru kali ini aku membuat lagi. Dan, yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam selama ini, aku tumpahkan saja di halamannya Bu Har (Buku Harian maksudnya).

Maka lewat blogg ini aku memang ingin kencan dengan teman-teman semua. Curhat gitu lho maksudnya. Mungkin banyak tentang persoalan-persoalan dan pengalaman pribadi. Tapi aku berharap teman-teman tidak akan bosan mendengarnya (membaca maksudnya), dan dapat mengambil ibroh (pelajaran), baik pengalaman baik maupun buruk yang pernah aku alami.

Semoga bermanfaat....

Kata mutiara Hari ini: Belajarlah dari pengalaman buruk orang lain, dan nikmati pengalaman indah diri sendiri. Wah Egois kamu