15 September 2005

Praktikum Pertama

Setelah hari Ahad dan Senin kemarin, adalah asistensi praktikum Dasar-Dasar Agronomi (Dasgro) dan Dasar-Dasar Ilmu Tanah (DDIT), hari adalah hari praktikum pertama pada semester ini. Cukup menyenangkan praktikum kali ini walaupun sangat capek sekali sesudahnya dan sempat dibuat sebel oleh asisten dan rekan sesama praktikan. Tapi secara umum yaaa OK-lah
Nyangkul, nyiram, nyaju, dan lain sebagainya seperti umumnya yang aku kerjakan di sawah di kampung. Ah, aku jadi ingat rumah dan ingin pulang. Maklum aku sudah tujuh bulan belum pulang. Ya. Sejak awal semester genap tahun ajarang 2004-2005 lalu. Iya siih. Mungkin itu belum seberapa dibandingkan teman-temanku dari luar pulau, mereka ada yang tidak pulang selama satu setengah tahun, tapi rumahku kan tidak sejauh mereka. Hiiiii... Kok jadi ngomongin pulang ya? Padahal sebenarnya bukan masalah ini yang ingin aku omongkan. Tetapi masalah praktikum.
Maaf sebelumnya kepada para asistenku yang baca ini, mohon jangan tersinggung yaaa?
Habis gimana ya? Mungkin ini sudah menjadi lagu lama. Itu lhooo, urusan praktikum kalau sudah di tangani sama asisten secara penuh tanpa keterlibatan dosen pasti akan dibikin ribet. Ya maksudnya ribet bagi praktikan. Maaf yang sekarang lagi menjabat sebagai asisten praktikum matakuliah yang aku tempuh, jangan tersinggung dulu ya... Ternyata kali ini bukan perasaanku saja. Tapi teman-teman sesama praktikan juga hal yang sama.
Memang aku termasuk mahasiswa yang dapat dibilang kurang sukses dengan urusan praktikum sejak semester pertama aku sering bersebrangan dengan peraturan yang dibuat asisten. Memang aku sangat kaget sekali. Betapa berbedanya keadaan yang aku temui saat itu dengan saat di Malang dulu. Tugas dan laporan harus diketik manual, belum lagi tugas dan ketentuan-ketentuan lain yang sangat memberatkan praktikan. Memang itu dulu. Keadaan seperti itu yang sangat membelengguku, hingga mata kuliah yang ada praktikumnya pada semester itu hanya Kimia Anorganik saja yang dapet nilai lumayan, yaitu "Be". Dan yang lainnya tidak lulus, bahkan Biologi dasar aku dapat nilai E, karena nilai praktikumku dianggap kosong.
Semakin lama keadaan ini berubah. Aku cukup bisa menyesuaikan diri dengan keadaanku ini. Aku berpikir bahwa perasaan terbelenggu itu mungkin berasal dari diiriku sendiri. Jika aku mau mengubah cara berpikirku tentang hal tersebut aku yakin perasaan itu akan hilang juga. Dan itu memang benar.
Namun kali ini memang lain. Jika yang kemarin-kemarin itu berasal dari dalam diri sendiri maka ini agak beda. Karena yang merasa hal itu ternyata bukan diriku sendiri, tapi sangat buanyak daari teman-temanku yang mengatakan seperti itu. Analoginya seperti ini, jika dimisalkan dalam suatu perkuliahan yang terdiri dari 20 mahasiswa, kemudian aku sendiri yang tidak mengerti tentang apa yang dikatakan dosen sementara semua temanku mengerti, maka yang bermasalah tentu bukan dosennya tapi diriku. Namun jika yang tidak mengerti adalah semua mahasiswa atau mayoritas mahasiswa, maka tentu saja ini karena faktor lain, misalnya sarana dan prasarana yang tidak kurang, atau faktor dosen yang mengajar. Nah kembali ke masalah praktikum lagi. Pasti ngerti khan dengan analogi tersebut?
Jadi kepada asisten-asisten janganlah sewenang-wenang terhadap praktikanmu. Karena mereka sedang belajar bukan sedang melayani dirimu.